Ekonomi 2020 Minus 2,07%, Berapa Pertumbuhan Industri Properti?

0
1073

Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka pertumbuhan ekonomi triwulan IV tahun 2020 terkontraksi sebesar minus 2,19 persen (year on year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan secara kumulatif pertumbuhan ekonomi nasional sepanjang 2020 juga terkontraksi sebesar minus 2,07 persen (yoy). 

“Kendati perekonomian mengalami kontraksi, sektor realestat pada triwulan IV tahun 2020 tetap mengalami pertumbuhan sebesar 1,25 persen (yoy). Namun, tren pertumbuhan sektor realestat pada triwulan IV tahun 2020 ini sebenarnya menunjukkan laju penurunan. Dari sebelumnya pada triwulan IV tahun 2019 dapat tumbuh 5,88 persen (yoy),” demikian keterangan pers yang dilansir BPS, Jumat, 5 Februari 2021.

Namun demikian, berdasarkan penelusuran redaksi industriproperti.com, perlu diperhatikan juga bahwa yang masuk ke dalam perhitungan sektor realestat sebagaimana data BPS tersebut, lebih banyak memperlihatkan aktivitas broker. Data tersebut belum memperhitungkan seluruh aspek rantai pasok industri properti dari hulu ke hilir.

Selain itu, yang tercatat dalam sektor realestat dalam data BPS itu juga lebih banyak mengacu pada penyediaan perumahan. Dengan kata lain, belum mencakup seluruh lingkup industri properti seperti perkantoran, kawasan pariwisata, kawasan industri, hingga pengembangan skala besar lainnya dan pembangunan kota baru.

Adapun pertumbuhan industri properti dari hulu ke hilir juga dapat dilihat dari pertumbuhan sektor konstruksi dan sektor penyediaan akomodasi dan makan minum.

Sektor konstruksi pada triwulan IV tahun 2020 terkontraksi hingga minus 5,67 persen. Hal ini, menurut BPS, karena adanya fenomena penurunan realisasi pengadaan semen maupun penurunan impor bahan bangunan untuk konstruksi.

Sedangkan sektor penyediaan akomodasi dan makan minum mengalami pertumbuhan minus 8,88 persen pada triwulan IV tahun 2020. Berdasarkan data BPS, ini terjadi akibat belum pulihnya kunjungan wisatawan yang menyebabkan tingkat kunjungan ke hotel dan restoran masih rendah dan adanya pengetatan pelaksanaan liburan akhir tahun dalam melakukan perjalanan. (BRN)