Fasilitas Perawatan Lansia jadi Tren Baru di Tiongkok

Perusahaan properti dan infrastruktur yang berbasis di Sydney, Lendlease Corp Ltd., telah menanamkan $280 juta untuk pengembangan perawatan lansia mewah.
0
598
Kebutuhan Rumah untuk Lansia di Tiongkok Tinggi (Foto: Pei Qiang)

Jakarta – Berinvestasi dalam perawatan lansia di Tiongkok menjadi suatu prospek bisnis yang menggiurkan bagi investor dalam negeri maupun internasional mengingat seberapa cepatnya demografi penduduk Tiongkok menua. Perusahaan properti dan infrastruktur yang berbasis di Sydney, Lendlease Corp Ltd., telah menanamkan $280 juta ke Ardor Gardens, sebuah pengembangan perawatan lansia mewah.

“Keadaan pasar kemungkinan akan sangat berbeda 10 tahun dari sekarang,” kata Presiden Lendlease Tiongkok, Ding Hui, sebagaimana dikutip dari bloomberg.com

“Jika Anda menunggu selama 10 tahun sebelum mulai berpikir untuk membeli tanah, belajar, melatih tim, dan mengembangkan model bisnis, kemungkinan besar Anda akan melewatkan kesempatan itu,” lanjut Ding Hui.

Apalagi menurut data populasi terbaru Tiongkok, jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas telah meningkat 47% selama dekade terakhir menjadi 260 juta, lebih dari 18% dari total populasinya. Pada tahun 2050, diperkirakan hampir dua kali lipat menjadi hampir 500 juta.

Lendlease bersaing dengan pemain domestik yang mapan termasuk perusahaan asuransi blue-chip, perusahaan ekuitas swasta dan pengembang properti. Puluhan investor asing juga telah menumpuk dalam beberapa tahun terakhir, termasuk Temasek Holdings Pte milik negara Singapura, perusahaan investasi perawatan kesehatan AS Columbia Pacific Management dan Fortress Investment Group.

Banyak dari perusahaan ini belum menghasilkan uang dari usaha tersebut, tetapi mereka yakin bahwa meningkatnya permintaan untuk fasilitas tersebut dan perubahan norma sosial di China akan menguntungkan secara jangka panjang.

“Pasar perawatan senior kelas atas China belum memasuki fase pertumbuhan berkecepatan tinggi, tetapi sudah pasti dimulai,” kata Ye Liming, direktur di Asosiasi Industri Layanan Senior Shanghai.

Sama dengan tradisi yang berlaku di Indonesia, dimana anak-anak berkewajiban untuk merawat tua mereka yang sudah lanjut usia, secara perlahan-lahan tradisi tersebut mulai berkurang di Tiongkok karena banyak keluarga yang tinggal berjauhan setelah bertahun-tahun terjadinya migrasi dan urbanisasi. Ditambah lagi, banyaknya orang yang akan memasuki masa pensiun dan hanya memiliki satu anak karena kebijakan “One Child Policy”, yang telah direlaksasi pada tahun 2016.

Menurut bloomberg.com, diperkirakan bahwa hanya sekitar 3% manula Tiongkok bersedia atau mampu membayar jenis layanan yang ditawarkan Lendlease dan perusahaan serupa. Mayoritas manula Tiongkok diharapkan tinggal di rumah atau di panti jompo yang disubsidi pemerintah.

Firma konsultan Qianzhan Industry Research Institute mencatat bahwa tingkat hunian rumah lansia pribadi, yang sebagian besar terletak di daerah elit seperti Delta Sungai Yangtze, tingkat huniannya berkisar 37%-48%, jauh di bawah 85%, angka yang mereka butuhkan agar untung. Hal ini disebabkan sebagian oleh biaya, karena harga tanah yang tinggi dan tidak adanya pendanaan jangka panjang untuk investor properti perawatan lansia, berbeda dengan yang terjadi di Amerika Utara, Eropa, dan Jepang. (ADH)