Investasi Real Estat Asia Pasifik Tumbuh 20%

Investasi langsung di sektor properti Asia Pasifik mencapai USD40,8 miliar sepanjang kuartal pertama 2022.
0
484
Investasi Properti

JakartaInvestasi di sektor real estat Asia Pasifik kuartal pertama tahun 2022 tumbuh sebesar 20 persen secara tahunan. Menurut data dan analisis yang dipublikasikan dalam JLL Capital Tracker Q1 2022, investasi langsung di sektor properti mencapai USD40,8 miliar sepanjang kuartal pertama 2022.

“Kami optimis bahwa sektor real estat di kawasan ini akan mampu bertahan dari tekanan kenaikan suku bunga dan meningkatnya ketidakpastian. Kami masih melihat persaingan yang ketat untuk sejumlah aset dan bahwa investasi langsung dapat mencapai lebih dari $200 miliar di wilayah Asia Pasifik selama tahun 2022,” jelas CEO, Capital Markets, Asia Pasifik, JLL, Stuart Crow, dalam keterangan resminya, Selasa, 24 Mei 2022.

Crow menjelaskan, peningkatan volume investasi terlihat jelas di sejumlah negara seperti Singapura, Korea Selatan, dan Australia. Secara sektoral, investasi di sektor ritel dan perkantoran tumbuh kuat. Sementara sektor logistik dan industri mengalami pertumbuhan moderat sebesar 3,5 persen secara tahunan.

“Investor terus mendiversifikasi penanaman modal mereka di wilayah Asia Pasifik, ditandai oleh laju investasi pada aset ritel, perkantoran, dan pertumbuhan investasi yang tinggi di Singapura, Korea, dan Australia,” imbuh Crow.

Komersial

Real estat komersial Singapura mencatat pertumbuhan investasi tertinggi di kuartal pertama. Kenaikannya sebesar 134 persen secara tahunan (yoy) menjadi USD5,7 miliar, didorong oleh transaksi di sektor perkantoran dan ritel.

Di Korea Selatan, real estat komersial mencatat kinerja baik di kuartal pertama. Peningkatan investasi mencapai 89 persen secara tahunan (yoy) menjadi USD8,2 miliar. Peningkatan tersebut didukung oleh diversifikasi investasi pada sektor perkantoran, ritel dan logistik serta industri.

Sementara Australia membukukan pertumbuhan investasi tahunan terbesar ketiga sebesar 49 persen seiring suntikan modal investor sebesar USD4,7 miliar ke pasar properti terutama pada sektor perkantoran.

Jepang tetap menjadi pasar investasi terbesar di kawasan Asia Pasifik dengan pangsa pasar sebesar USD8,5 miliar meskipun terjadi penurunan secara tahunan sebesar 26 persen. Sementara China stagnan di kuartal pertama dengan total volume investasi senilai USD8,3 miliar.

Ritel dan Perkantoran

Investasi di sektor ritel mencatat pertumbuhan terbesar pada kuartal pertama tahun 2022 sebesar 39 persen secara tahunan (yoy). Selama periode tersebut, investasi senilai lebih dari USD8 miliar mengalir ke aset ritel, seiring melonggarnya pembatasan mobilitas masyarakat.

Imbal hasil yang menarik dan diversifikasi portofolio mendorong kepercayaan diri investor terhadap prospek ruang ritel. Hal ini terlihat pada transaksi Tanglin Shopping Center (USD642 juta) di Singapura, Seongsoo E-mart (USD552 juta) di Korea, dan Casuarina Square (USD288 juta) di Australia.

Sementara itu, perkantoran masih menjadi sektor paling populer di Asia Pasifik. Ini terlihat dari volume investasi langsung yang tumbuh 9 persen (yoy) menjadi USD17,3 miliar sepanjang kuartal pertama. Bisnis penyewaan dan permintaan yang tinggi mendorong para investor tetap optimis terhadap sektor perkantoran.

Sejumlah transaksi besar menjadi bukti optimisme ini, antara lain AlphaDom City Alpharium Tower (USD846 juta) di Korea. Kemudian, Cross Street Exchange (USD600 juta) di Singapura, dan Darling Quarter (USD453 juta untuk 50 persen saham) di Australia.

Logistik, Industri dan Perhotelan

Aktivitas di sektor logistik dan industri naik 3,5 persen (yoy). Namun laju pertumbuhan berjalan biasa, dengan perolehan dana investasi sebesar USD8,3 miliar pada kuartal pertama. Tidak adanya transaksi portofolio yang signifikan menjadi sebab lambatnya pertumbuhan investasi di sektor tersebut. Walaupun ada minat besar dari investor. Transaksi utama mencakup penjualan DLJ Greater Shanghai Portfolio (USD717 juta) di China.

Transaksi investasi di sektor perhotelan mencapai USD3,1 miliar seiring dengan banyaknya hotel yang berpindah tangan. Selain itu, sejumlah investor mencoba mencari keuntungan dari selisih harga atau mengubah sejumlah aset hotel yang tidak menghasilkan keuntungan. JLL memperkirakan sektor ini akan rebound lebih jauh di tahun 2022, dengan prediksi transaksi sebesar USD10,7 miliar setahun penuh, atau naik 15 persen ketimbang tahun 2021.

“Investor memiliki lebih dari USD50 miliar cadangan tunai dan pada kuartal pertama menunjukkan keyakinan mereka dengan menanamkan modal di seluruh wilayah dan sektor. Dalam beberapa bulan mendatang, momentum akan beralih ke logistik dan industri karena adanya pasokan ke pasar, dan dana akan semakin fokus pada sektor-sektor pendapatan yang kuat,” kata Head of Investor Intelligence and Strategy, Asia Pacific, JLL, Pamela Ambler. (SAN)