Volume Transaksi Real Estat Asia Pasifik Diprediksi Tumbuh Double Digit

Momentum ini akan bertahan dengan tahun 2022 dan 2023 diperkirakan akan mencatat pertumbuhan volume dua digit seiring pemulihan ekonomi menstimulasi sektor penghuni (occupier).
0
700
Ilustrasi real estat asia Pasifik

Jakarta – Aktivitas transaksi real estat mengikuti pemulihan ekonomi awal di kawasan Asiap Pasifik dengan volume investasi tahun 2021. Momentum ini akan bertahan dengan tahun 2022 dan 2023 dan menurut perkiraan akan mencatat pertumbuhan volume dua digit seiring pemulihan ekonomi menstimulasi sektor penghuni (occupier).

“Asia Pasifik memasuki tahun 2022 dengan momentum kuat, akan tetapi dengan hambatan jangka pendek yang lebih besar dari perkiraan.  Namun, momentum ini akan muncul dengan sendirinya di Q2, yang dibangun di atas kebangkitan kembali kawasan ini dari lockdown yang berkepanjangan,” kata Head of Insight & Analysis, Asia Pacific at Cushman & Wakefield, Dr. Dominic Brown melalui keterangan resmi, Kamis, 10 Maret 2022.

Brown melanjutkan, ekonomi regional akan mengambil kembali posisi teratas dalam laju pertumbuhan ekonomi di paruh kedua tahun 2022. Kondisi ini akan berlanjut hingga tahun 2023. Oleh karena itu, pasar occupier prediksinya akan menguat di tahun mendatang, dengan permintaan yang tersebar lebih luas di seluruh wilayah.

Di Jakarta, transaksi real estat di tahun 2022 akan didominasi oleh aset yang dibeli dengan harga lebih rendah daripada kondisi dua tahun sebelum ini oleh penghuni yang membeli kantor dan investor yang membeli tanah untuk data center, logistik dan rumah sakit.

“Pengusaha oportunistik akan terus mengakumulasi kepemilikan tanah selama tahun 2022 dan 2023 terutama dari kredit bermasalah.  Banyak rencana proyek apartemen di Jakarta yang akan dikonversi menjadi pembangunan lainnya karena pasar kondominium masih lemah,” imbuh Director, Investment, Cushman & Wakefield, Indonesia, Mina Ondang.

Vice Chairman, Cushman & Wakefield, Indonesia, Handa Sulaiman menambahkan, banyak investor mencari hotel di Bali dan Jakarta dengan nilai yang murah. “Namun, harga harga penawaran masih belum mencapai nilai yang sesuai keinginan investor, sehingga transaksi masih sangat terbatas,” kata Handa.

Lanskap Investasi Global

Aktivitas transaksi secara global mencapai rekor baru di tahun 2021, sebagian besar berasal oleh laju pemulihan yang terlihat di Amerika. Setelah penurunan 22 persen aktivitas global di tahun 2020. Pada 2021, aktivitas transaksi mencatat peningkatan yang luar biasa sebesar 55 persen bersamaan dengan peningkatan lebih lanjut 3 persen di tahun ini.

Faktor pendorongnya adalah percepatan pertumbuhan yang terjadi di EMEA dan APAC. Kenaikan suku bunga dan normalisasi tingkat pertumbuhan ekonomi juga akan sedikit berpengaruh pada peningkatan lebih lanjut pada volume transaksi.

“Ketidakpastian tetap masih tinggi. Tetapi sebagian besar indikator menunjukkan stabilnya peningkatan kepercayaan di tingkat sosial dan bisnis secara global sepanjang tahun 2022. Ini akan mengarah pada siklus kinerja yang meningkat di sebagian besar pasar meskipun adanya hambatan struktural masing-masing,” ucap Head of Capital Markets Insights, Global Research at Cushman & Wakefield, David Bitner.

Pemulihan akan terus berlanjut hingga tahun 2023 dan iklim sekarang menjadi faktor risiko nomor satu bagi bisnis. Pemulihan occupier akan semakin membaik, menguntungkan pasar perkantoran dan ritel, serta adanya perubahan struktural yang menjadi pendorong permintaan. Bagi investor, kenaikan suku bunga yang lambat memerlukan penyesuaian strategi investasi. (SAN)