MICE Jadi Andalan Pariwisata Selama 3 Tahun Terakhir

0
34
Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno

Jakarta – Industri MICE (meetings, incentives, conferences, dan exhibitions) masih menjadi andalan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dalam tiga tahun terakhir. Hal ini karena peranan Indonesia sebagai tuan rumah dari sejumlah event bergengsi dunia.

“Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berjuang sehingga kita ada di titik ini. Bersyukur bahwa Bali melalui kepulihan yang lebih cepat dari perkiraan sebelumnya tahun 2025. Sekarang Bali sudah mencapai titik di atas angka sebelum pandemi dengan MICE sebagai andalan dalam tiga tahun berturut-turut,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Baparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno, dalam keterangan persnya, Senin, 2 September 2024.

Sekadar informasi, Indonesia sukses menyelenggarakan sejumlah event global, antara lain KTT G20, Keketuaan ASEAN, World Water Forum 2024, dan World Conference on Creative Economy (WCCE). Saat ini yang sedang berlangsung adalah High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF-MSP) 2024 dan Indonesia-Africa Forum (IAF) ke-2 Tahun 2024 di Bali.

Sandiaga mengungkapkan kedatangan di pintu internasional menunjukkan angka positif yang terus meningkat 15-20 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 7,7 juta pelancong. Sebanyak 45 persen dari data pelancong mancanegara itu masuk ke Bali. “Ini menunjukkan pariwisata Indonesia stabil, jauh dari angka sebelum pandemi,” kata Sandiaga.

Posisi 4 Besar Asia Tenggara

MICE Indonesia berada di posisi ke-4 di kawasan Asia Tenggara, dan Bali masih menjadi salah satu destinasi MICE pilihan untuk berbagai penyelenggaraan event international. Bahkan Bali masuk ke dalam top 3 negara tujuan perjalanan insentif se-Asia Pasifik.

Pemerintah pusat maupun Pemerintah Daerah Bali serta pihak terkait lainnya, terus berupaya memetakan persoalan yang terjadi di Bali. Salah satunya berkaitan dengan penyebaran wisatawan ke utara, timur, dan barat Pulau Dewata. Hal tersebut bertujuan mengupayakan kesejahteraan yang lebih merata di seluruh wilayah Bali, juga menghindari terjadinya overtourism di wilayah selatan Bali.

Salah satu hambatan pemerataan kunjungan turis asing adalah aksesibilitas terutama infrastruktur jalan yang belum mendukung mobilisasi pengunjung dari selatan ke bagian Bali lainnya. Menparekraf Sandiaga berupaya melakukan tiga pendekatan dari mulai short term yang menekankan pada penggunaan fast boat untuk menjangkau Bali utara, timur, dan barat dari Banyuwangi.

“Kemudian medium term berupa pembangunan jalan tol agar bisa selatan dan utara Bali bisa terkoneksi. Sedangkan target jangka panjang adalah bandara baru untuk mengatasi berbagai persoalan tersebut,” ujar Sandiaga.

“Pariwisata di Bali tetap akan berbasis pada wisata budaya, berkearifan adat istiadat, dan berbasis komunitas. Tapi kita juga perlu memeratakan penyebaran pengunjung ke seluruh Pulau Bali,” pungkasnya. (BRN)