Prospek Sektor Properti 2025: Masih Butuh Waktu Recovery

Sektor properti masih membutuhkan waktu untuk recovery di tahun 2025. (Foto: Pixabay/IqbalStock)
Jakarta – Sektor properti masih membutuhkan waktu untuk bangkit di 2025. Konsultan Properti Colliers Indonesia memprediksi dua sektor properti, yakni komersial dan apartemen memerlukan waktu yang lebih lama lagi untuk recovery dibandingan sektor lainnya.
“Kalau kita bicara mengenai prospek properti tentu masih butuh waktu yang cukup panjang terutama untuk sektor kantor komersial dan juga sektor apartemen,” ungkap Head of Research Colliers Indonesia, Ferry Salanto dalam Virtual Media Briefing Q3 2024, Rabu, 2 Oktober 2024.
Ferry melanjutkan, ada beberapa sektor properti yang telah recovery lebih cepat. Namun, ada pula yang telah melewati masa recovery dan kembali menuju puncak performanya.
Meskipun demikian, masih banyak pekerjaan rumah (PR), khususnya di subsektor perkantoran untuk kembali ke ritme yang lebih dinamis. Saat ini, sektor perkantoran masih mengalami kondisi oversupply sehingga developer perlu mengambil langkah untuk mengendalikan dampaknya.
“Maksudnya adalah bagaimana dari satu sisi dari pihak developer mereka bisa mengendalikan dampak oversupply ini, sehingga mereka juga bisa menikmati misalnya kenaikan tarif sewa,” ucap Ferry.
Di sisi lain, perusahaan yang menyewa perkantoran dapat meyesuaikan kondisi tersebut. “Dan juga bagaimana sektor-sektor yang menyewa kantor itu juga bisa atau perusahaan-perusahaan itu mereka juga bisa menyesuaikan atau mereka melakukan ekspansi bisnisnya, sehingga baik itu pelaku yang menyewa ataupun pelaku yang menyediakan properti itu bisa mendapatkan keuntungan yang sama,” imbuhnya.
Kondisi yang serupa terjadi di subsektor apartemen dengan harga yang masih belum bergerak naik. Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu investor masih menahan diri untuk menginvestasikan dananya di apartemen.
Performa Sektor Properti Q3 2024
1. Perkantoran
Pada sektor perkantoran Coliers Indonesia mencatat pasok kumulatif di Jakarta tercatat sekitar 11 juta m2 di Q3 2024, hampir 70% ada di CBD. Kemudian, tambahan pasok di 2024 jauh menurun. Total pasok di Jakarta tumbuh kurang dari 2% dibandingkan 2023. Tambahan pasok terbatas hingga 2026 yang sebagian besar pasok dikontribusi oleh gedung – gedung di luar CBD. Pasok baru di CBD diperkirakan muncul setelah2025.