Rancak Bana! Pesona Saribu Rumah Gadang Bikin Hati Meleleh

Kawasan Saribu Rumah Gadang di Solok Selatan, Sumatra Barat adalah destinasi yang tepat untuk disinggahi karena kecantikannya.
0
619
Kawasan Saribu Rumah Gadang di Solok Selatan (Foto: Istimewa)

Jakarta – Terkenal dengan panorama alam yang indah, ranah Minang juga identik dengan rumah tradisional Minangkabau yang melegenda, yakni rumah gadang. Untuk mengagumi kecantikan rumah gadang yang otentik hingga membuat hati meleleh, Kawasan Saribu Rumah Gadang  (SRG) di Solok Selatan, Sumatera Barat adalah destinasi yang tepat untuk disinggahi.

Sebagai salah satu obyek wisata unggulan di Sumatera Barat, wisatawan dapat menikmati keindahan arsitektur sekitar 148 rumah gadang beragam bentuk dan ukuran. Kawasan yang berlokasi di di Desa Adat Saribu Rumah Gadang, Nagari Koto Baru, Kecamatan Sungai Pagu, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat ini mendapatkan penghargaan sebagai Kampung Adat Terpopuler di Indonesia pada tahun 2017 lalu.

Menempati area seluas 23,6 hektar, kawasan SRG juga terdapat masjid, surau, dan makam berusia ratusan tahun.  Dari ujung sampai ke ujung, wisatawan dapat meikmati rumah-rumah yang sekilas tampak serupa. Namun jika dilihat secara seksama maka terdapat perbedaan pada detail dan aksennya, tergantung dari suku pemilik rumah gadang.

Beragam suku menempati Nagari Koto Baru Sungai Pagu sejak ratusan tahun lalu. Sebut saja, suku Malayu, Durian, Bariang, Kampai, Panai, Tigo Lareh, Koto Kaciak, dan Sikumbang. Uniknya, setiap suku memiliki rumah gadang dengan ciri khas masing-masing.

Dari sekian banyak bentuk rumah gadang di Kawasan SRG, salah satu yang ikonik adalah milik Kaum Tigo Lareh. Berdiri tegak di pinggir jalan utama Nagari, rumah gadang ini memiliki atap berwarna perak dan berujung lancip  layaknya tanduk kerbau bersusun tiga.

Rumah gadang ini memiliki panjang sekitar 24 meter dan lebar 10 meter dengan dinding kayu yang sebagian memiliki ukiran yang indah. Daun pintu dan jendela tampak apik dengan corak tradisional yang kental.

Bagian teras rumah berada di tengah dengan tangga setinggi 2 meter. Pada kedua sisi rumah panggung ini memiliki ruang anjuang yang berfungsi untuk keperluan upacara adat.

Kearifan lokal rumah gadang ini juga tampak di bagian halaman yang luas. Di sana berdiri rumah panggung berukuran 3 x 3 m2 berdinding bambu yang digunakan untuk menyimpan hasil panen layaknya lumbung di rumah adat Jawa dan Sunda.

Ciri khas lain arsitektur rumah gadang ini adalah setiap sambungan kayu diikat dengan pasak dan nihil menggunakan paku. Selain itu, tiang-tiang penyangga tak satupun tertanam ke tanah dan hanya bertumpu di atas batu datar sehingga dapat meredam gempa. Jika terjadi gempa, bangunan hanya berguncang tidak sampai roboh.

Untuk mencapai obyek wisata budaya ini, jarak yang ditempuh mencapai 147 km dari Bandara Internasional Minangkabau dan memakan waktu 3,5-4 jam dengan transportasi darat. Sampai dilokasi, mata kita akan dimanjakan pula dengan keindahan Gunung Kreinci yang merupakan gunung tertinggi di Asia Tenggara.

Revitalisasi Makin Mempercantik

Keindahan rumah gadang di Kawasan SRG tetap lestari berkat revitalisasi yang dimulai November 2019 dan rampung pada Desember 2020 dengan biaya mencapai Rp67,3 miliar.  Berawal dari  kunjungan kerja Presiden Joko Widodo ke daerah pedalaman Sumatra Barat, revitalisasi Kawasan SRG kemudian dicanangkan resmi pada peringatan Hari Pers Nasional (HPN) di Padang, Februari 2018.

Kementerian PUPR melalui Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Sumatera Barat, Ditjen Cipta Karya merevitalisasi kawasan SRG meliputi pemugaran 32 rumah gadang, pembangunan menara songket, bangunan pusat informasi dan souvernir, panggung dan ruang terbuka hijau serta pekerjaan mechanical, electrical, dan plumbing (MEP) kawasan.

Penataan kawasan pusaka SRG intinya adalah pemugaran rumah gadang dengan melibatkan 475 orang tenaga kerja dan 5 tukang tuo yang memiliki keahlian dalam membangun serta membuat ornamen bangunan, seperti ukir-ukiran.

“Keahlian ini perlu terus dipelihara, sehingga kegiatan pemugaran ini dapat menjadi pengalaman berharga bagi masyarakat setempat dalam memelihara tradisi dan keahlian yang unik,” jelas Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, sesuai keterangan pers belum lama ini.

Tuntasnya revitalisasi Kawasan SRG ini juga menambah daftar destinasi unggulan di tanah Minang yang siap dikunjungi oleh wisatawan. Selain dapat menambah daya tarik bagi para wisatawan domestik maupun mancanegara, harapannya Kawasan SRG mampu meningkatkan perekonomian masyarakat Solok dan sekitarnya.

Sebagai jantung pariwisata di Provinsi Sumatera Barat, Solok Selatan juga memiliki destinasi alam yang mempesona diantaranya Kebun The Liki, Puncak Bangun Rejo, Goa Batu Kapal dan Air Terjun Kembar. (ADH)