Pengembang Menjerit, Tambahan Kuota FLPP Belum Realisasi

Pengembang rumah MBR menanti realisasi tambahan kuota FLPP (Foto: Istimewa)
Sesuai data OJK, total pendanaan perbankan di sektor usaha realestat, usaha persewaan, dan jasa perusahaan per Juni 2024 mencapai Rp 367,65 triliun dengan angka kredit macet senilai Rp 6,78 triliun. Adapun total pinjaman perbankan di sektor yang sama pada periode tahun sebelumnya (yoy) sebesar Rp 334,33 triliun dengan angka kredit macet senilai Rp 7,37 triliun.
Masih dari data OJK, total kredit pemilikan rumah tinggal pada Juni 2024 sebesar Rp 35,47 triliun. Dari total kredit tersebut, sebesar Rp 1,68 triliun masuk kategori kredit macet. Sedangkan total penyaluran KPR per Juni 2023 tercatat 31,29 triliun dengan angka kredit macet sebesar Rp 1,27 triliun.
Pengembang Kecil Terancam
Ketua DPD REI Banten, Roni Hardiriyanto Adali, mengatakan habisnya kuota rumah bersubsidi mengancam keberlanjutan pasokan rumah bersubsidi. “Dari total 220 anggota REI Banten yang aktif membangun, setidaknya 70% merupakan pengembang hunian MBR,” ujar Roni.
Banyak dari anggota REI Banten merupakan pengembang skala kecil dengan luas lahan yang dikembangkan kurang dari 3 hektare. Pengembang skala kecil itu seperti di Kabupaten Pandeglang. “Mereka terancam karena adanya kewajiban pembayaran cicilan kredit modal kerja di bank. Memang ada pula pengembang rumah subsidi yang masih dapat bertahan karena skala usahanya yang relatif besar,” ucap Roni.
Mengutip data Badan Pengelola Tabungan Perumahan (BP Tapera), KPR FLPP yang sudah proses akad di Provinsi Banten mencapai 10.904 unit. “Dari total akad KPR FLPP itu, sebanyak 7.428 unit atau setara 68,12% sudah direalisasikan pembayarannya oleh BP Tapera. Sisanya sebanyak 3.476 unit masih menunggu realisasi pembayarannya,” ungkap Roni.
Saat ini ada sejumlah bank pelat merah yang aktif menyediakan kredit modal kerja untuk pengembang skala kecil. Seperti yang terjadi di Gorontalo, semua pengembang hunian bersubsidi mengandalkan pinjaman modal kerja tersebut.
“Total anggota REI Gorontalo sebanyak 50 developer, semuanya adalah pengembang rumah bersubsidi. Sebab rumah non subsidi di Gorontalo relatif sepi peminat karena persoalan daya beli masyarakat,” ujar Ketua DPD REI Gorontalo Nina Bahsoan.